KAMU digaji berapa?
Pertanyaan itu kerap kali didengar dari orang sekitar. Entah maksudnya apa tapi aku selalu menjawab ya… lumayan.
Ingat suatu ketika, temanku bercerita dengan wajah kusut.
“Aku suka tersinggung kalau ditanya soal gaji,” ujarnya.
“Aku melakukan pekerjaan ini ikhlas, dalam arti aku memang menyukai pekerjaan ini, gaji bukan hal utama buatku,” tambahnya.
Aku mengamini. Memang ketika kita telah mencintai sebuah pekerjaan, yang dipikirkan oleh kita adalah bagaimana totalitas kita untuk bekerja. Bagaimana hasil kerja kita bisa memuaskan orang lain. Toh, apabila kerja kita bagus soal materi, atau gaji, akan mengikuti sendiri.
Seseorang berkata kepadaku, “Jika ingin bahagia satu hari maka menikahlah. Jika ingin bahagia satu minggu, maka ambilah cuti dari pekerjaanmu dan jika ingin bahagia selama hidupmu, maka cintai pekerjaanmu!”
Ada banyak hal yang lebih berharga daripada sekadar gaji. Karena pada hakikatnya bekerja adalah beribadah kepada Allah SWT. Meskipun hal itu memang penting, tapi sayang sekali jika hanya mengutamakan masalah gaji.
Apa sih bedanya gaji kecil dan gaji besar? Apa bedanya seratur ribu dan satu juta? Tidak ada bedanya.
Tidak ada bedanya ketika seorang hamba Allah SWT sama-sama bersyukur. Ketika orang bersyukur, gaji seratus ribu mungkin akan terasa satu juta. Tetapi jika orang tidak bersyukur gaji sebesar apapun akan selalu dianggap kecil.
Bersyukur adalah kenikmatan seorang hamba. Seorang hamba Allah SWT yang bersyukur akan senantiasa tenang hatinya. Bahkan Allah SWT pun telah berjanji akan menambahkan kenikmatan kepada orang yang bersyukur.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)